Pengaruh konsentrasi NaOH serta rasio serat daun nanas dan ampas tebu pada pembuatan biofoam

  • Pamilia Coniwanti Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
  • Roosdiana Mu’in Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
  • Hendra Wijaya Saputra Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
  • M. Andre R.A. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
  • Robinsyah Robinsyah Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Keywords: Biofoam, konsentasi NaOH, rasio massa, thermopressing, serat daun nanas, ampas tebu

Abstract

Penggunaan styrofoam sebagai kemasan makanan secara terus menerus berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. Untuk mengatasi dampak tersebut diperlukan kemasan makanan alternatif yang ramah lingkungan dan dapat menggantikan penggunaan styrofoam. Biodegrable foam atau biofoam merupakan kemasan makanan alternatif pengganti styrofoam yang dibuat dari bahan alami, yaitu pati dan serat. Serat daun nanas dan ampas tebu memiliki kandungan selulosa sebanyak 62,90% dan 37,65%. Dengan kandungan selulosa yang cukup tinggi ini maka serat daun nanas dan ampas tebu dapat dijadikan sebagai pilihan alternatif dalam pembuatan biofoam. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh variasi konsentrasi NaOH serta rasio massa serat daun nanas dan ampas tebu terhadap kualitas biofoam. Biofoam ini dibuat dengan teknik thermopressing dan waktu pencetakan 30 menit, temperatur pencetakan 170°C, konsentrasi NaOH sebesar 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10% serta rasio serat daun nanas dan ampas tebu 100:0, 75:25, 50:50, 25:75, 0:100. Karakteristik biofoam ditandai dengan adanya uji kuat tarik, kuat tekan, daya serap air, kadar air, dan biodegradable. Hasil karakteristik biofoam terbaik dengan konsentrasi NaOH 5% serta rasio massa serat daun nanas dan ampas tebu 75:25 memiliki persentase kuat tarik sebesar 16,35%, kuat tekan sebesar 3,70%, daya serap air sebesar 15,60%, kadar air sebesar 6,90%, dan sifat biodegradable sebesar 4,49%.

References

Hidayat, P. 2008. Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas Sebagai Alternatif Bahan Baku Tekstil. Jurusan Teknik Kimia, Universitas
Islam Indonesia: Yogyakarta. Vol. 4
Iriani, ES. 2013. Pengembangan produk biodegradable foam berbahan baku campuran tapioka dan ampok. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Iskandar, 2014. Degradasi bioplastik dari enceng gondok. Skripsi. Universitas Hassanudin. Makassar.
Lubis, A.A. 2007. Isolasi Lignin dari Lindi Hitam(Black Liquor) Proses Pemasakan Pulp Soda dan Pulp Sulfat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Saleh, ERM., & Rodianawati, Indah. 2014. Penentuan kondisi terbaik pembuatan biofoam dari limbah pertanian lokal Maluku Utara. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah: Jakarta
Singh, A., & Bishnoi, N. R. 2012. Enzymatic hydrolysis optimization of microwave alkali pretreated wheat straw. Bioresource Technology , 108: 95--101.
Sukmawati, R.F. 2009. Pembuatan Bioethanol Dari Kulit Singkong. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sudarminto. 2015. Tanaman Tebu (Saccarum Officinaru).http://darsatop.lecture.ub.ac.id/201 5/10/tanaman-tebu-saccarum-officinaru/. (diakses pada tanggal 2 Januari 2017)
Taufiqurrahman, A. 2014. Modifikasi asam ampas sagu dan pengaruhnya terhadap sifat fisik mekanik biofoam. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yuliasih, I, dkk. 2012. Aplikasi Biofoam Berbahan Ampok Jagung Untuk Menurunkan Kerusakan Mekanis Buah Tropis Unggul (diakses pada tanggal 10 Oktober 2016)
Published
2018-03-01