Pengaruh penambahan EM4 dan larutan gula pada pembuatan pupuk kompos dari limbah industri crumb rubber

  • Farida Ali Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
  • Devy Putri Utami Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
  • Nur Aida Komala Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Keywords: Limbah Padat Industri Crumb Rubber, Dekomposisi, EM4, Larutan gula, Rasio C/N

Abstract

Limbah padat industri crumb rubber pada umumnya jarang dimanfaatkan sehingga dalam waktu lama akan bertambah banyak jumlahnya dan menjadi masalah dalam hal penanggulangannya. Oleh karena itu , dilakukan penanggulangan berupa pemanfaatan dari limbah padat crumb rubber. Proses pembuatan pupuk dilakukan dengan cara dekomposisi organik dengan variasi jumlah limbah padat crumb rubber sebesar 100, 95, 90, 85 dan 80 gram, penambahan larutan gula sebanyak 15 ml dan 30 ml, serta EM4 sebanyak 15 ml dan 30 ml. Air ditambahkan sampai mempunyai kelembaban 40-60%. Proses dekomposisi akan selesai sampai pupuk berumur 40 hari. Produk diharapkan memiliki spesifikasi yang sesuai dengan SNI 2803:2004 Pupuk NPK Padat serta Peraturan Menteri Pertanian No:70/Permentan/SR-140/10/2011 mengenai pupuk organik. Pada variasi penambahan EM4 dan larutan gula yang dilakukan dalam penelitian ini, maka diperoleh pupuk kompos yang baik yaitu sampel dengan penambahan EM4 30 mL dan larutan gula 15 mL dengan rasio C/N sebesar 17,08.

References

Anonim. 2011. Cara Membuat Larutan Gula. (Online). http://penyakit-anak.blogspot.in/2011/06/cara-membuat-lgg.html?m=1. (Diakses pada tanggal 20 Juni 2017).
Anonim. 2012. Pupuk Organik. (Online). http://pertaniansehat.com/read/2012/05/09 /pupuk-organik-alternatif-pengkaya-tanah.html. (Diakses pada tanggal 20 Juni 2017).
Anonim. 2016. Prinsip Dasar Pengomposan. (Online). http://www.pertanian.com/. (Diakses pada tanggal 07 November 2017).
Daud. 2012. Limbah Padat Industri Crumb Rubber. Jurnal Teknik Kimia. 2(3). pp 119-201.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Prospek Komoditas Karet. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta
Hidayat, W. 2016. Manfaat Tetes Tebu dalam Pembuatan Pupuk Organik. (Online). www.kampustani.com/manfaat-
tetestebu-dalam-pembuatan-pupuk-
organik/. (Diakses pada tanggal 20 Juni 2017). Juliano dan Bechtel. 1985. Komposisi Kimia Bekatul Menurut Beberapa Penelitian.
Jurnal Pertanian. 2(1). pp 14-16.
Luh. 1991. Komposisi Kimia Bekatul Menurut Beberapa Penelitian. Jurnal Pertanian. 2(1). pp 14-16.
Nasir. 2008. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokashi pada Pertumbuhan dan Produksi Palawija dan Sayuran. (Online).http://www.distperternakpandeglang.go.id/. (Diakses pada tanggal 07 November 2017).
Supraptiningsih dan S, Nursamsi. 2014. Pemanfaatan Limbah Padat Industri Karet Remah (Crumb Rubber) Untuk Pembuatan Kompos. Jurnal Teknik Kimia. Yogyakarta. pp 35-41.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.
Suriadikarta. 2012. Baku Mutu Pupuk Organik. (Online).http://www.syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/. (Diakses pada tanggal 07 November 2017).
Surung. 2008. Pengaruh Dosis EM4 (Effective Microorganism 4) pada Pembuatan Biogas dari Enceng Gondok dan Rumen Sapi. Jurnal Agrisistem. 4(4). pp 40-47.
Published
2018-07-01