Pengaruh suhu dan waktu sangrai terhadap hasil bubuk bramseko pada alat penyangrai biji-bijian fluidisasi

  • Andi Fitra Safitri Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknologi Kimia Industri Politeknik Negeri Sriwijaya
  • Rusdianasari Rusdianasari Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknologi Kimia Industri Politeknik Negeri Sriwijaya
  • Jaksen M. Amin Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknologi Kimia Industri Politeknik Negeri Sriwijaya
Keywords: Kopi, Biji Rambutan, Sangrai, Fluidisasi

Abstract

Kopi merupakan salah satu jenis minuman yang paling digemari oleh hampir seluruh masyarakat dunia. Minuman serupa kopi ternyata dapat dibuat dari biji rambutan. Biji rambutan yang digunakan sebagai obat diabetes diolah dengan cara disangrai dan dihaluskan kemudian diseduh agar bisa dikonsumsi. Pengolahan tersebut sama dengan cara pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi. Proses penyangraian biji rambutan dilakukan dengan alat penyangrai biji-bijian tipe fluidisasi. Alat penyangrai tipe fluidisasi yang dirancang terdiri dari tangki sangrai yang berbentuk limas segiempat, 2 buah heater, 1 buah blower dan control panel. Biji rambutan dimasukkan ke dalam tangki sangrai kemudian dikontakkan dengan udara panas yang dihembuskan oleh blower. Kecepatan fluidisasi minimum untuk 200 gram biji rambutan adalah 5 m/s. Penyangraian biji rambutan secara optimum terjadi pada suhu sangrai 180oC dengan waktu sangrai 10 menit. Bubuk biji rambutan serupa kopi (bramseko) dianalisa nilai kadar air dan kadar abu yang hasilnya adalah 0,20% dan 2,34%, hasil ini memenuhi standar mutu bubuk kopi SNI 01-3542-2004. Untuk mengetahui nutrisi bubuk “bramseko”, dilakukan analisa protein dan kadar proteinnya adalah 2,79%. Dari hasil analisa ekonomi yang dilakukan, pengolahan “bramseko” akan mencapai BEP jika telah menyangrai biji rambutan sebanyak 17 kg/bulan dengan keuntungan sebesar Rp.4.969.688/bulan dan waktu pengembalian modal adalah 2 bulan.

References

Adawyah, R. (2007). Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asrawaty. (2011). Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan terhadap Mutu Tepung Pandan. KIAT Universitas Alkhairaat Palu, (Juni).
Astuti. (2012). Kadar Abu. Retrieved March 1, 2018, from https://astutipage.wordpress.com/tag/kadar-abu/
Kadapi, M. (2015). Aktivitas Antioksidan Kopi Biji Rambutan Non Kafein dengan Variasi Perbandingan Komposisi Beras Hitam yang Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 25, Juli 2019 Page 49
Berbeda. Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Karta, I. W., Susila, E., Mastra, I. N., & Dikta, P. G. A. (2015). Kandungan Gizi pada Kopi Biji Salak (Salacca zalacca) Produksi kelompok Tani Abian Salak Desa Sibetan yang Berpotensi sebagai Produk Pangan Lokal Berantioksidan dan Berdaya Saing. Virgin, 1(2), 123–133.
Leviana, W., & Paramita, V. (2017). Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Air Dan Aktivitas Air Dalam Bahan Pada Kunyit (Curcuma Longa) Dengan Alat Pengering Electrical Oven. Metana, 13(2), 37–44.
Luthfianto, D., Chalimah, S., & Hastuti, N. T. (2014). Peningkatan Kualitas Kesehatan dengan Minuman Kopi Non Kafein. In Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS (pp. 201–205). Surakarta.
Mandasari, R. (2011). Proses Pembuatan Minuman Kopi Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Surakarta.
Nasional, B.S., 2004. Kopi Bubuk SNI 01-354., Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Nofitriyanti, A. (2016). Aktivitas Antioksidan dan Kualitas Organoleptik Kopi Bubuk Non Kafein dari Biji Pepaya dan Buah Nangka dengan Lama Penyangraian yang Berbeda. Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, (Naskah Publikasi Ilmiah), 5–10.
Riansyah, A., Supriadi, A., & Nopianti, R. (2013). Pengaruh Perbedaan Suhu dan Waktu Pengeringan terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) dengan Menggunakan Oven. FishtecH, 2(1), 53–68.
Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi. (1997). Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Wijayakusuma, H. (2004). Bebas Diabetes Mellitus ala Hembing. (Dede, Ed.) (1st ed.). Jakarta: Puspa Swara.
Published
2019-07-01