Pemanfaatan sari buah ceremai (phyllanthus acidus) sebagai alternatif koagulan lateks
Abstract
Koagulasi lateks merupakan suatu tahapan yang penting dalam pengolahan karet alam, karena beberapa modifikasi karakteristik molekuler dapat terjadi dalam proses ini. Koagulasi dapat terjadi dengan penurunan pH hingga koloid karet mencapai titik isoelektriknya. Sari buah ceremai (Phyllanthus acidus) menggandung asam askorbat, salah satu jenis asam karboksilat yang dapat menyebabkan koagulasi koloid karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio volume dan waktu kontak optimum pada penggunaan sari buah ceremai dalam proses koagulasi lateks kebun. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan rasio volume sari buah ceremai terhadap lateks dan waktu kontak koagulasi terhadap persentase kadar karet kering yang dihasilkan. Perbedaan bahan senyawa yang digunakan sebagai koagulan lateks dapat mempengaruhi dosis penggunaan koagulan, waktu koagulasi dan kualitas karet hasil proses koagulasi. Berdasarkan hasil penelitian koagulasi lateks, hasil optimum diperoleh pada penggunaan sari buah ceremai (Phyllanthus acidus) adalah dengan rasio volume 10% dan waktu kontak 24 jam. Persentase kadar karet kering diuji dengan SNI 06-2047-2002 bernilai 55.47%, telah memenuhi standar SNI KKK minimal 28% untuk lateks kebun mutu I. Peningkatan nilai persentase kadar karet kering dipengaruhi oleh konsentrasi asam, pH koagulan dan waktu kontak koagulasi.
References
De Boer. 1952. Komposisi Lateks Segar Pada Perkebunan Karet Alam. Yogyakarta: Kanisius.
De Boer. 1952. Pengetahuan Praktis Tentang Karet. Bogor: Balai Penyelidikan Karet Indonesia.
Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Penanganan Pasca Panen Karet.
Hulu, Temali. 2013. Pengaruh Konsentrasi Nenas (Ananas sativus) sebagai Koagulan terhadap Kualitas Lembaran Karet, Skripsi Mahasiswa. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Manalu, S. 2005. Pengaruh Campuran Sari Jeruk Nipis dan Asam Format Sebagai Bahan Penggumpal Lateks Terhadap Sifat Mekanis Karet, Skripsi Mahasiswa. Medan: Universitas Negeri Medan.
Ompusunggu. 1995. Teknik Pengolahan Karet Alami Indonesia, Prosiding Seminar Ilmiah Lustrum VI. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Orwa et al. 2009. Phyllanthus acidus, Agroforestry Database 4.0, (online). (http://www.worldagroforestry.org/sites/treedbs/treedatabases.asp). (Diakses tanggal 20 Maret 2014).
Pandriana, A. 2011. Bab II Landasan Teori, (online), (https://www.academia.edu/5157843/BAB_II_LANDASAN_TEORI). (diakses tanggal 20 Maret 2014).
Safitri, Khairina. 2010. Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, Skripsi Mahasiswa. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sihombing, Arta, dkk. 2010. Koagulasi Lateks dengan Ekstrak Gadung (Dioscorea hispida dennts), Laporan Riset Mahasiswa. Inderalaya: Universitas Sriwijaya.
Sirait, A. 2007. Pengaruh Campuran Sari Belimbing Wuluh Dan Asam Format Terhadap Kualitas Sifat Mekanis Karet, Skripsi Mahasiswa. Medan: Universitas Negeri Medan.
Tanaka. 1998. Komposisi Kimia Lateks Karet Alam. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Triyono, Agus. 2010. Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam pada Proses Isolasi Protein terhadap Tepung Protein isolat Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.), Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. Semarang : Universitas Diponegoro.
Wahyudi, F. 2008. Pengaruh Kombinasi Komposisi Bahan Olah Karet Terhadap Tingkat Konsistensi Plastisitas Retension Indeks (PRI) Karet Remah SIR-20 di PT.Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Zuhra, C. F. 2006. Karet. Medan: Universitas Sumatera Utara.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.