Pengaruh temperatur dan komposisi pembuatan biobriket dari campuran kulit kakao dan daun jati dengan plastik polietilen

  • Rosdiana Moeksin Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
  • Febrian Aquariska Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
  • Herbet Munthe Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Keywords: Biobriket, kulit kakao, daun jati, HDPE, karbonisasi, nilai kalor

Abstract

Makin terbatas dan langkanya jumlah bahan bakar fosil menimbulkan tuntutan akan pentingnya sumber energi alternatif maupun energi terbarukan. Oleh karena itu, kegiatan untuk mencari sumber bahan alternatif dan terbarukan yang dapat diperbarui, ekonomis, dan ramah lingkungan harus diwadahi untuk pengembangan sumber energi yang lebih baik. Kulit kakao merupakan limbah biomassa perkebunan bertekstur keras yang banyak berserakan dan tergeletak begitu saja di areal perkebunan dan menjadi busuk. Jati (Tectona grandis L.F) termasuk kelompok tanaman yang dapat menggugurkan daunnya selama musim kemarau. Karena sifatnya yang mudah menggugurkan daunnya tersebut, daun jati menjadi sumber biomassa yang cukup melimpah. Metode pembuatan biobriket dari campuran arang kulit kakao dan daun jati dengan penambahan plastik High Density Polyethylene (HDPE) secara garis besar melalui tahapan pembersihan, pengeringan, karbonisasi, pencampuran, dan pencetakan. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah temperatur karbonisasi, komposisi campuran arang kulit kakao dan daun jati dengan polietilen (HDPE). Temperatur Karbonisasi yang digunakan yaitu dari temperatur 400˚C, 450˚C, 500˚C, 550˚C, dan 600˚C. Sedangkan variabel komposisi yang digunakan yaitu: 100 % KKDJ : 0 % HDPE, 95 % KKDJ : 5 % HDPE, 90 % KKDJ : 10% HDPE, 85 % KKDJ : 15 % HDPE. Perekat yang digunakan yaitu larutan kanji dengan kadar 10 % dari berat total biobriket. Dari penelitian yang dilakukan didapat biobriket dengan kualitas optimal pada temperatur karbonisasi 550˚C dengan penambahan plastik HDPE 15 %, dimana dihasilkan nilai kalor 7307cal/gr, kadar air lembab 4,76 %, kadar abu 4,38 %, kadar zat terbang 22,92 %, dan kadar karbon padat sebesar 67,94 %.

References

Anonim. 2012. Komposisi Proksimat Limbah Tanaman Kakao. Jurusan Peternakan Institut Pertanian Bogor: Bandung
Ekawati, D. Fajrin dan M.Yusuf Thoha. 2010. Pembuatan Briket Arang Dari Daun Jati Dengan Sagu Aren sebagai Pengikat. Jurnal Teknik Kimia, No.1, Vol.17. Universitas Sriwijaya: Indralaya.
Juwita, E. Sari. 2011. Pembuatan Edible Film dari Tepung Tapioka dan Dedak dengan Penambahan Gliserin Sebagai Kulit Risol dan Pengaruh Akibat Penggorengan. FMIPA Kimia USU, Medan.
Medynda, M. 2012. Pengembangan Perekat Likuida dari Limbah Kulit Kakao (Theobrama cacao L.). Teknologi Hasil Hutan USU, Medan.
Mulia, A. 2007. Pemanfaatan Tandan Kosong dan Cangkang Kelapa Sawit sebagai Briket Arang. Teknik Kimia USU, Medan.
Nursyiwan dan Nuryetti. 2005. Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergaji. Jakarta: LIPI.
Setiawan, A. Okvi Andrio dan Pamillia Coniwanti. 2012. Pengaruh Komposisi Pembuatan Biobriket dari Campuran Kulit Kacang dan Serbuk Gergaji Terhadap Nilai Pembakaran. Jurnal Teknik Kimia, No.2, Vol.18. Universitas Sriwijaya: Indralaya
Sugianto, A. Fakhrul Ferdian dan Selpiana. 2014. Pengaruh Temperatur dan Komposisi Pada Pembuatan Biobriket dari Cangkang Biji Karet dan Plastik Polietilen. Prosiding Seminar Nasional Added Value of Energy Resource (AVoER) ke-6. Teknik Kimia Universitas Sriwijaya, Indralaya.
Widarto, L dan Suryanta. 1995. Membuat Bioarang Dari Kotoran Lembu. Yogyakarta. Kanisius
Yudha, A, Dkk. 2010. Teknik Pembuatan Briket Campuran Eceng Gondok dan Batubara sebagai Bahan Bakar Alternatif bagi Masyarakat Pedesaan. Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-16. Universitas Sriwijaya,Indralaya.
Published
2017-08-01