ANALISIS RAWAN BENCANA LONGSOR DAERAH MUNCANG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN
Abstract
ABSTRAK: Penelitian dilakukan di Kecamatan Muncang dengan koordinat S6° 30’ 05.9” - E106° 13’ 15.0’ dan S6° 34’ 57.7” - E106° 18’ 06.8”. Daerah Muncang memiliki ketinggian mencapai 450 meter dan kemiringan lereng mencapai sangat curam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan daerah rawan bencana longsor dan tipe longsor pada daerah telitian dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan pengamatan citra satelit dengan pemodelan spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Parameter yang digunakan adalah kemiringan lereng, elevasi, litologi, curah hujan, tutupan lahan dan data kelurusan. Pengamatan citra satelit dilakukan untuk mempermudah dalam menentukan elevasi dan kemiringan lereng. Berdasarkan dari parameter tersebut, faktor yang sangat berpengaruh dalam terjadinya longsor adalah kemiringan lereng. Terdapat 4 titik daerah yang rawan akan longsor. Desa Cisimeutraya memiliki ketinggian 200 m dengan litologi batupasir, andesit dan kemiringan lereng curam, Desa Mekarwangi memiliki ketinggian 200-250 m dengan litologi batuan gunung api dan kemiringan lereng sangat curam, Desa Tanjungwangi memiliki ketinggian 200-250 m dengan litologi batupasir dan kemiringan lereng curam, Desa Pasirnangka memiliki ketinggian 250-450 m dengan litologi batuan gunung api dan kemiringan lereng sangat curam. Berdasarkan dari kondisi geologi tersebut tipe longsor pada daerah telitian adalah rockfall dan creep. Daerah Muncang tidak melakukan antisipasi terhadap longsor, sehingga rentan akan terjadinya longsor yang dapat membahayakan orang-orang yang berada di sawah dan juga dapat membahayakan bagi pengguna jalan, karena jalan tersebut menghubungkan antar desa.
Kata Kunci: Longsor, AHP, SIG, Kemiringan Kereng
ABSTRACT: The study was conducted in Muncang District with coordinates S6 ° 30 '05 .9 "- E106 ° 13 '15.0' and S6 ° 34 '57.7" - E106 ° 18 '06 .8 ". Muncang area has an altitude of 450 meters and the slope reaches very steep. The purpose of this study was to determine the landslide research area and the type of landslide in the study area by using the Analytical Hierarchy Process (AHP) method and monitoring satellite imagery with spatial modeling using Geographic Information Systems (GIS). The parameters used are slope, elevation, lithology, rainfall, land cover and alignment data. Observation of satellite imagery is done to make it easier to determine the elevation and slope of the slope. Based on these parameters, a very important factor in landslides is the slope. There are 4 areas that are prone to landslides. Cisimeutraya village has an altitude of 200 m with sandstone lithology, andesite and steep slope, Mekarwangi village has an altitude of 200-250 m with volcanic lithology and a very steep mountain range, Tanjungwangi village has an altitude of 200-250 m with sandstone lithology and steep slope, Pasirnangka village has an altitude of 250-450 m with volcanic lithology and very steep slope. Based on geological conditions, the types of landslides in the study area are rockfall and creep. The Muncang area does not anticipate landslides, so it will be vulnerable to landslides that can protect people in the fields and can also be dangerous for road users, because the road connects between villages.
Keywords: Landslides, AHP, Slope