PENERAPAN MODEL ALIANSI KAWASAN SEBAGAI INTEGRASI KAWASAN WISATA BUDAYA BERSEJARAH DI KOTA PALEMBANG
Abstract
ABSTRAK: Keberagaman kawasan dan bangunan bersejarah yang ada memperkuat karakteristik Kota Palembang sebagai kota dengan sejarah budaya yang sangat tinggi, sekaligus sumber ilmu pengetahuan, seni dan budaya langsung bagi masyarakat lokal bahkan internasional. Namun sebagian besar kawasan-kawasan dan bangunan-bangunan tersebut terletak pada lokasi yang tersebar bahkan beberapa diantaranya sulit dicapai. Penelitian ini mengajukan model aliansi kawasan sebagai respond dan solusi atas permasalahan tersebut. Aliansi kawasan merupakan model integrasi kawasan dan bangunan bersejarah sebagai satu kesatuan baik secara fisik (wilayah, aksesibilitas) maupun nonfisik (program, visi dan misi). Model aliansi kawasan memungkinkan integrasi beberapa kawasan dan bangunan sebagai satu framework atau perspektif dengan pemerataan fokus atau perhatian dan minat baik pemerintah sebagai pengelola dan pengunjung sebagai user. Penelitian ini dimulai dengan studi pustaka dilanjutkan dengan perancangan model aliansi kawasan yang terdiri dari tiga tahap yaitu identifikasi kawasan, analisis, dan implementasi model perancangan pada aliansi kawasan terpilih. Luaran yang dicapai dalam penelitian adalah model perancangan aliansi kawasan pada kawasan dan bangunan bersejarah. Model aliansi kawasan diimplementasikan pada kawasan Pasar 16 Ilir, Ampera, Benteng Kuto Besak, dan Kawasan Sekanak. Model aliansi kawasan ini meningkatkan nilai kawasan bersejarah pada wilayah tersebut dalam bentuk integrasi kawasan wisata bersejarah. Dengan demikian, peningkatan nilai atau fungsi dapat mengintegrasikan model terhadap program pembangunan sebagai langkah yang dibutuhkan terhadap semua kawasan dan bangunan bersejarah sebagai sebuah sistem.
Kata Kunci: kawasan dan bangunan bersejarah, model aliansi kawasan, wisata
ABSTRACT: Diversity of heritage areas and buildings strengthens the characteristics of Palembang city with its richness of histories, as well as source of knowledge, art and culture both for local people and international communities. However, most areas and buildings are in spread areas and even in isolated locations. This research proposes a model of an area alliance as a response and solution for the challenge. The area alliance is an integrated model for heritage areas and buildings integrated both physically (areas, accessibility) and non-physically (program, vision and mission). The areas alliance would integrate some of areas and buildings as a framework or perspective with equal focus or attention form government as a manager and visitor as user. The research is started from literature study and continued by the areas alliance planning that consist of three steps of areas identification, analysis, and model implementation in selected areas. Output of the research is an areas alliance model in the heritage areas and buildings. Then, the model of an area alliance is implemented on the areas of Pasar 16 Ilir, Ampera, Benteng Kuto Besak, and Sekanak area. This model improves the value of the areas as an integrated cultural heritage area. Therefore, the value or function improvement integrates the model with local development programs as a need for the heritage areas and buildings in a framework system.
Keywords: heritage areas and buildings, areas alliance model, tourism