PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK SECARA BIOLOGIS DENGAN BIODIGESTER BIOGAS DI DAERAH PINGGIRAN KOTA PALEMBANG

  • F. Hadinata Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Sriwijaya, Palembang
  • S. A. Nurjannah Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Sriwijaya, Palembang
  • C. Indriyati Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Sriwijaya, Palembang
  • A. Muhtarom Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Sriwijaya, Palembang
  • A. Daud Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Sriwijaya, Palembang
Keywords: biodigester, biogas, sampah organik, TPS

Abstract

ABSTRAK: Pada tahun 2019, Kota Palembang hanya mampu mengumpulkan dan memproses ± 70% dari seluruh produksi sampahnya, dimana hanya 296.783 ton sampah masuk ke TPA dari estimasi 424.869 ton total timbulan sampah di Kota Palembang. Dikarenakan komposisi sampah kota didominasi sampah organik (± 60%), maka pengurangan sampah organik menjadi penting untuk dilakukan, salah satunya dengan pemanfaatan biodigester biogas sampah. Biodigester biogas dibuat portabel dengan kapasitas 120 liter. Sampah basah (yang sebelumnya dihaluskan dengan gilingan, dicampur dengan air, sehingga kadar air sampah mencapai 100% (dalam % berat basah). Air yang dicampurkan merupakan campuran dari 10% EM4 dan 90% air biasa. Gas dikumpulkan dalam pipa paralon yang mampu menahan tekanan 3 kPa. Setelah 2 minggu, biogas dapat dimanfaatkan untuk thermal (memasak), dan ampasnya, yang keluar ketika sampah baru ditambahkan (bioslurry) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pengurus Bank Sampah Sakura (dan KSM Madju Jaya) sebagai pengelola sampah di TSP Talang Kelapa tertarik untuk melakukan pengolahan sampah secara biologis ini. Kebutuhan input sampah organik untuk biodigester sebesar 20 kg/hari dapat terpenuhi, karena terdapat sekitar 4,5 m3 sampah per hari terkelola di lokasi ini, dan 60% diantaranya merupakan sampah organik. Dengan densitas sampah sebesar 186 kg/m3 , maka sampah organik yang tersedia di TPS ini adalah ± 500 kg/hari, jauh melampaui kebutuhan input biodigester sebesar 20 kg sampah per hari.

Kata Kunci: biodigester, biogas, sampah organik, TPS.

ABSTRACT: in 2019, Palembang City just could collect and processed ± 70% of its total waste production, where only 296,783 tons of waste entered the TPA from estimated 424,869 tons of total waste generation in Palembang City. Because the composition of municipal solid waste is dominated by organic waste (± 60%), it is important to reduce organic waste, one of the way is the use of biodigester. The biodigester is made portable with a capacity of 120 liters. Wet waste (previously crushed with a mill, mixed with water, so that the water content of the waste reached 100%, in % of wet weight). The mixed water was a mixture of 10% EM4 and 90% fresh water. Gas is collected in a paralon pipe which can withstand a pressure of 3 kPa. After 2 weeks, biogas can be used for thermal (cooking), and the bioslurry, which come out when new waste is added, can be used as organic fertilizer. The management of the Sakura Waste Bank (and KSM Madju Jaya) as waste managers at Temporary Waste Station (TPS) Talang Kelapa are interested in doing this biological waste processing. The need for organic waste input for the biodigester of 20 kg / day can be met, because there is about 4.5 m3 of waste per day managed at this location, and 60% of it is organic waste. With a solid waste density of 186 kg / m3 , the organic waste available at this TPS is ± 500 kg / day, far exceeding the biodigester input requirement of 20 kg of waste per day.

Keywords: biodigester, biogas, organic waste, TPS.

Published
2021-07-13