SOSIALISASI PEMETAAN DAN PELESTARIAN KEBERADAAN CANDI PADA MAKAM TUA DI PALEMBANG

  • Ardiansyah Ardiansyah Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Sriwijaya
  • A Siswanto Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Sriwijaya
  • Rizka Drastiani Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Sriwijaya
  • Farida Farida Prodi Sejarah, Universitas Sriwijaya, Palembang
Keywords: Candi, Pemetaan, Pelestarian, Makam, Palembang

Abstract

ABSTRAK: Terdapat perbedaan makna makam yang dikemukakan para ahli, sebagian mengatakan makam adalah tempat perabuan dan peti abu didalam atau sekitar candi atau tempat yang identik dengan sejarah orang yang dianggap pembesar atau memiliki keilmuan yang tinggi, sehingga makam juga terkadang dimanifestasikan dengan bangunan candi atau memiliki fungsi serupa candi atau dikenal juga dengan istilah cungkub . Di Palembang istilah makam juga memiliki arti tempat penguburan jasad orang yang telah meninggal sehingga makna candi atau tempat yag disakralkan tidak begitu ditemukan. Salah satu komplek pemakaman di Palembang adalah Ki Gede Ing Suro yang bercirikan Kepercayaan Islam. Menurut kepercayaan Islam terdapat larangan yang tegas agar tidak meninggikan makam, melihat posisi para Raja adalah Islam yang kuat maka kecil kemungkinan mereka merencanakan pemakaman dengan meninggikan makam diatas podium Candi, akan tetapi di Palembang juga ditemukan bangunan utuh yang menaungi makam Raja atau pembesar Palembang yang dikenal dengan istilah Cungkub. Berdasarkan teori yang mengaitkan antara candi dan makam maka sesungguhnya penelitian ini sudah terjawab bahwa makam adalah candi, akan tetapi terlalu dangkal apabila merujuk kepada hal tersebut karena diperlukan lagi kajian apakah bangunan itu dibuat memang untuk makam yang juga sekaligus bisa dikatakan sebagai candi atau sebaliknya kawasan tersebut berfungsi sebagai candi atau kuil dan kemudian pada masa Islam berubah menjadi makam. Sebagai salah satu kota tertua di Indonesia Palembang memiliki sejarah yang panjang, berpijak pada Parasasti Kedukan Bukit kota ini setidaknya sudah berdiri sejak abad ke-7. Dari perjalanan panjang tersebut sangat sedikit petunjuk dari masa Sriwijaya dimana salah satunya bangunan candi. Tidak ditemukanya bangunan candi di Palembang memberikan keraguan dari berbagai kacamata peneliti akan pusat kerajaan sriwijaya. Akan tetapi beberapa penelitian memberikan titik terang dimana salah satunya temuan keberadaan petunjuk bangunan candi dimana umumnya reruntuhan ataupun komponen tersebut ditemukan pada Makam-makam tua di Palembang Seperti makam Ki Gede Ing Suro, Makam Ki Ronggo Wirosantiko dan sebagainya.

Kata Kunci: Candi, Pemetaan, Pelestarian, Makam, Palembang.

ABSTRACT: There are differences in the meaning of tombs put forward by experts, some of the words tomb are places of burial and ashes in or around temples or places that are identical to the history of people who are close to dignitaries or have high knowledge, so that tombs are also sometimes manifested by building temples or has a function similar to a temple or also known as cungkub. In Palembang, the term grave also means the burial place of the bodies of people who have died so that the meaning of temples or sacred places is not so found. One of the funeral complexes in Palembang is Ki Gede Ing Suro, which is characterized by Islamic beliefs. According to Islamic belief, there is a strict prohibition against elevating the tomb, seeing the position of the Kings as a strong Islam, it is unlikely that they planned a funeral by raising the tomb above the temple podium, however in Palembang also found a complete building that housed the tomb of the King or a Palembang official who was also known as Cungkub. Based on the theory that links the temple and the tomb, this research has actually been answered that the tomb is a temple, but it is too shallow to refer to it because it is necessary to study whether the building was made for a tomb which can also be said to be a temple or vice versa. functioned as a temple or shrine and later in the Islamic era turned into a tomb. As one of the oldest cities in Indonesia, Palembang has a long history, based on Parasasti Kedukan Bukit this city has at least been established since the 7th century. From this long journey, there are very few clues from the Srivijaya era where one of them is a temple building. The absence of any temple buildings in Palembang raised doubts from various researchers' perspectives about the center of the Sriwijaya kingdom. However, several studies provide a bright spot where one of the findings of the existence of clues to temple buildings where generally the ruins or components are found in old tombs in Palembang such as the tomb of Ki Gede Ing Suro, Tomb of Ki Ronggo Wirosantiko and so on. This service activity is needed in order to provide information to the public, academics and the government to pay attention to the existence of the old tomb because there is a high probability of the existence of a temple in the old tomb. In addition, it is often due to a lack of understanding of the community that evictions and buying and selling will often occur related to the location of the old tomb. If this is allowed, the historical chain of Palembang city will be broken and research on the existence of the temple will be difficult to do.

Keywords: Temple, Mapping, Conservation, Tomb, Palembang.

Published
2021-07-15