RUMAH SAUDAGAR BATIK LAWEYAN DI SURAKARTA; BANGUNAN BERARSITEKTUR HYBRID

Abstract

Laweyan merupakan kawasan yang sangat spesifik di kota Surakarta, selain secara fisik berupa kantong
(enclave) yang memiliki tiga lapisan jalan utama, jalan lingkungan dan gang kecil (alley). Di kawasan ini para saudagar
batik Laweyan bermukim dan mengusahakan industri batiknya. Saudagar batik Laweyan ini sudah dikenal sejak zaman
kerajaan di Surakarta yang merupakan masyarakat yang independen, masyarakat bebas karena mereka sebagai pengusaha
yang bukan abdi dalem karaton, namun memiliki kekayaan yang luar biasa pada zamannya. Mereka mempunyai
kedudukan tinggi di masyarakat, hal tersebut tampak dari artefak yang dimiliki yaitu rumah-rumah saudagar batik yang
sangat indah dan memiliki karakter khas sebagai karya arsitektur hybrid dan masih dapat dilihat sampai sekarang. Rumah
tinggal saudagar batik ini berawal mengikuti tatanan arsitektur tradisional Jawa seperti yang dimiliki oleh kaum
bangsawan Jawa. Namun mereka tidak mengikuti sepenuhnya dikarenakan oleh cara berpikir mereka yang independen
dan pergaulan yang luas dalam usaha bisnis batiknya dengan masyarakat non Jawa. Akibatnya bentuk dan karakter
arsitektur bangunan mereka mengikuti era pembangunan rumah disaat adanya pengaruh kerajaan Mataram, penjajahan
Kolonial Belanda sampai pada masa setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuan penulisan ini adalah menelusuri
bangunan rumah saudagar batik Laweyan yang telah mengalami transformasi bentuk dari arsitektur tradisional Jawa ke
arah Arsitektur Hybrid. Metode yang dipakai kualitatif dengan mengadakan penelitian lapangan dan disandingkan dengan
telaah pustaka.Hasil yang didapat; Arsitektur bangunan rumah saudagar batik Laweyan ini merupakan arsitektur hybrid
yang berawal dari arsitektur tradisional Jawa kermudian mengalami transformasi, persilangan, dan penggabungan dengan
arsitektur kolonial Belanda serta Arsitektur Tropis sehingga menjadiseperti sekarang ini.