AKSI MITIGASI PERUBAHAN IKLIM DENGAN PEMANFAATAN SAMPAH DOMESTIK SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR FOSIL

Abstract

Pengolahan sampah organik secara termal merupakan salah satu aksi mitigasi perubahan iklim dengan menghindari emisi metana di landfill TPA, sekaligus mensubstitusi pemakaian bahan bakar fosil. Pada tahun 2019, Kota Palembang mengumpulkan dan menimbun 296.783 ton sampah di TPA Sukawinatan, dimana 40% diantaranya merupakan sampah organik. Mengunakan proses pirolisis, sampah organik dapat dikeringkan, dibakar, dan dikompaksi menjadi briket. Sebagian sampah daun dan ranting digunakan sebagai bahan bakar reaktor pirolisis, dan sebagian lagi dijadikan arang untuk membuat briket. Berdasarkan hasil pembakaran selama 1 jam, dari 3,49 kg sampah daun yang masuk ke reaktor, dihasilkan arang sebanyak 0,87 kg. Sedangkan dari 7,45 kg sampah ranting yang masuk reaktor, dihasilkan 1,47 kg arang. Dari satu kali pembakaran selama satu jam, dapat diolah 3,49 sampah daun dan 7,45 kg sampah ranting, dan emisi metana akibat pembusukan di landfill yang dapat dihindari adalah 13,8479 kg CO2e. Dengan emisi di reaktor pirolisis sebesar 0,0504 kg CO2e, maka emisi GRK yang dapat direduksi dari satu kali pembakaran ranting (seberat 7,45 kg) dan satu kali pembakaran daun (seberat 3,49 kg), adalah 13,7956 kg CO2e. Reduksi emisi dapat diklaim lebih besar jika memperhitungkan substitusi LPG dengan briket sampah organik, pembakaran dari biomassa ranting yang dijadikan bahan bakar reaktor pirolisis, dan penghematan bahan bakar di transportasi dan pemrosesan akhir sampah di TPA.