ANALISIS MINING RECOVERY PENAMBANGAN BATUBARA AKIBAT ADANYA PENGOTOR (IMPURITIES) PADA LAPISAN A2 DAN B DI PT BARA ALAM UTAMA

  • M. Asof Universitas Sriwijaya
  • A. Triando Universitas Sriwijaya
  • M. Puspita Universitas Sriwijaya
Keywords: pengotor, mining recovery, cross section, cadangan insitu batubara, losses batubara

Abstract

Pengotor (impurities) merupakan salah satu penyebab gangguan di dalam kegiatan penambangan karena memiliki dampak terhadap kerusakan alat dan menurunkan kualitas produk hasil penambangan. Aktivitas penanganan pengotor juga dapat menyebabkan kehilangan batubara, sehingga perlu dilakukan analisa terhadap pengotor (impurities) utama dan mining recovery yang dihasilkan. Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan dengan pengukuran ketebalan aktual, diketahui terdapat 2 pengotor (impurities) utama berupa claystone dan silicified coal yang memiliki pola penyebaran secara lateral berupa lapisan kunci (keybed) maupun fragmen-fragmen melensa (lenses/spotty). Berdasarkan analisa terhadap seam A2 dan B selama aktivitas kegiatan coal getting dengan menggunakan metode cross section, maka diketahui jumlah cadangan insitu adalah sebesar 130.031,38 ton dengan total pengotor (impurities) sebesar 7.082,96 ton. Terdapat coal recovery sebesar 94,55% dari cadangan insitu dan berdasarkan ketercapaian pada Bulan April, diketahui hanya sebesar 116.760,19 ton atau persentase aktual ditambang sebesar 89,79%. Maka ada selisih kehilangan batubara sebesar 4,76% dimana sebesar 1,51% adalah batubara yang tertinggal di front (geological losses) dan 3,25 % merupakan losses yang terjadi akibat proses coal getting dan hauling batubara hingga melewati timbangan (mining losses).

References

[1] Sukandarrumidi, (1995). Batubara dan Gambut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

[2] Standar Operating Procedure. (2004). Aktivitas Penanganan Kontaminasi. Lahat: PT. Bara Alam Utama.

[3] Teguh, W. S., dkk. (2015).” Perhitungan Sumberdaya Dan Cadangan Batubara Pada PT. Bartim Metropoitan Perkasa Desa Didi, Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah”. Jurnal GEOSAPTA. 1 (1).

[4] Wood, G.H., Kehn, T.M., Carter,M.D and Culbertson, W.C. (1983). Coal Resource Classification System of the U.S. Geological Survey. United States: United States Government Printing Office.

[5] Amijaya, D. H and Febrianti A. D. (2015). “Silification Of Coal In Balikpapan Formation, West Kutai, East Kalimantan”. Annual Meeting Of The Society for Organic Petrologi: Volume 32 Yogyakarta, Indonesia 20th to 27th September 2015; ISSN 1060‐7250.

[6] Pujobroto, A. (1997). “Organic Petrology and Geochemistry of Bukit Asam Coal, South Sumatra, Indonesia”. New South Wales, Australia : University of Wollongong.

[7] Edward, G. M. (1963). “Porosity and Bulk Density of Sedimentary Rock”. Geological Survey Bulletin 1144-E: United States Government Printing Office.

[8] Baruya, P. (2012). Losses In The Coal Supply Chain. International Energi Agency (IEA) Clean Coal Centre.ISSN : 978-92-9029-532-7.

[9] Mardiono, D. (2010).Upaya Peningkatan Coal Recovery di PT. Kalimantan Prima Coal, Kalimantan Timur. Prosiding TPT XX PERHAPI 2011.

[10] Rifani, A. (2010). Upaya Konservasi Melalui Pengurangan Tingkat Kehilangan (losses) Batubara di Provinsi Bengkulu. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan. Vol 20. ISSN : 2354-6638 Hal. 186 ISBN: 978-979-8826-20-7..
Published
2023-02-25
Section
Articles