ZONASI GEOTEKNIK BERDASARKAN ANALISIS KESTABILAN LERENG HIGHWALL PADA TAMBANG TERBUKA BATUBARA

  • E. Santoso Universitas Lambung Mangkurat
  • M. Arif Universitas Lambung Mangkurat
  • J. F. K. Anhar Universitas Lambung Mangkurat
Keywords: Zonasi Geoteknik, Kestabilan Lereng, Faktor Keamanan, Metode Kesetimbangan Batas

Abstract

Kestabilan lereng pada highwall perlu diidentifikasi, hal ini mengingat pentingnya keberlangsungan proses produksi dan keselamatan pekerja dan peralatan yang digunakan pada tambang terbuka batubara. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan utama pada penelitian ini adalah membuat sebuah zonasi geoteknik berdasarkan pada tingkat kestabilan lereng highwall. Zonasi geoteknik merupakan bagian dari manajemen resiko yang dapat membantu engineer geotek dalam mempercepat proses analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan dan skala prioritas penanganan pada blok atau zona yang diketahui kritis.Tinjauan lokasi penelitian dilakukan pada highwall pit Trembesi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin mempunyai panjang ±3000 m. Didapatkan gambaran mengenai kondisi situasi aktual seperti keterdapatan sungai, creek, settling pond, dan kondisi lainnya yang berpotensi berpengaruh terhadap kestablian lereng. Selain itu dilakukan juga pengukuran muka air tanah menggunakan alat piezometer. Data properties batuan meliputi sifat fisik dan mekanik merupakan data sekunder. Analisis kestabilan lereng menggunakan perangkat lunak Geostudio 2007 dengan metode Kesetimbangan Batas Morgenstern Price. Berdasarkan analisis tingkat kestabilan lereng highwall terhadap 18 blok didapatkan nilai faktor keamanan (FK) berkisar antara 1.127 hingga 1.475, dan terdapat 5 blok yang teridentifikasi dalam kondisi tidak stabil. Terhadap blok-blok yang tidak stabil tersebut diperlukan desain ulang untuk medapatkan nilai FK yang aman. Perbaikan geometri lereng sebagai rekomendasi yaitu dengan cara menambah lebar lereng pada RL -40 untuk blok 08 dan 09 sebesar 15 meter , pada RL -60 untuk blok 12 sebesar 25 meter, dan pada RL -70 untuk blok 24 dan 25 sebesar 20 meter sehingga diperoleh tingkat kestabilan lereng yang aman.

References

[1] Read, J and Stacey, P. (2009). Guidelines for Open Pit Slope Design. Balkema : CRC Press.

[2] Saptadi, B. (2004). Pembuatan Peta Zonasi Daerah Bahaya Gerakan Tanah Berdasarkan Analisis Kestabilan Lereng dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan (Ruas Jalan Tanjungsari-Sumedang, Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat). Tesis, Ilmu Lingkungan : Universitas Diponegoro.

[3] Wyllie, D. C. and Mah C. W. (2004). Rock Slope Engineering Civil and Mining (4th Edition).Page 188-191. New York : Spon Press Taylor & Francis Group.

[4] Hoek, E. & Bray, J., (1981). Rock Slope Engineering, 3rd edn. London : IMM.

[5] Hoek, E. & Bray, J., (2000). Practical Rock Engineering. London: The Institute of Mining and Metallurgy.

[6] Bieniawski, Z.T., (1989). Engineering Rock Mass Classification. New York.: John Wiley & Sons, Inc.

[7] Das, M.B. (2002). Principles of Geotechnical Engineering (Fifth Edition). Page 485-486. United States of America: Brooks/Cole.

[8] Krahn, J. (2004). Stability Modeling with SLOPE/W An Engineering Methodology (Edition Revision 1). Page 54-57. Canada:Geo-Slope/W International Ltd.

[9]Rai, M. A, Kramadibrata S. dan Wattimena R. K.. (2011). Mekanika Batuan. Hal. 293-297. Bandung : Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung.

[10] Anonim. (2005). Rekayasa Penanganan Keruntuhan Lereng Pada Tanah Residual dan Batuan. Hal 25-26. Jakarta:Departemen Pekerjaan Umum.

[11] Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik..

[12] Arif, I. (2016). Geoteknik Tambang: Mewujudkan Produksi Tambang yang Berkelanjutan dengan Menjaga Kestabilan Lereng.Hal. 4-6, 24-27, 105-106, 169-181, 134-140, 223-262. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

[13] Noor, D. (2009). Pengantar Geologi (Edisi Pertama). Hal 11-12. Bogor :Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan.
Published
2021-06-16
Section
Articles